May 11, 2014

Es krim gratis dari Walls bikin masalah

Hari ini es krim walls melakukan bagi-bagi es krim gratis di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, Jogjakarta. Tapi sore ini beberapa headlines di portal berita adalah kegiatan ini yang menimbulkan masalah.

Di Surabaya taman kota rusak parah yang memicu kemarahan Ibu Risma Walikota Surabaya. Di Bandung? jalanan menjadi macet dan penumpukan sampah di sekitar lokasi acara.  

Nah, pertanyaannya adalah siapa sih yang patut disalahkan untuk acara ini? Perilaku masyarakat atau pihak penyelenggara?

Pihak penyelanggara ga mungkin mengadakan acara apalagi sekelas unilever tanpa izin-izin dari pihak berwenang. Tapi, apakah yang mereka siapkan hanya sebatas venue dan perizinan?. Acara ini pasti adalah salah satu program PR-nya walls ice cream. Bukankah seharusnya seorang PR sebelum mengadakan sebuah program PR itu udah tau keadaan publik apa yang akan dihadapi?. Harus tau apa sebab akibat dari acara yang akan diadakan untuk citra perusahaan?. 

Tapi menurut gue, yang paling pantes untuk disalahkan adalah perilaku masyarakatnya sih. Sedihnya, buang sampah sembarangan seakaan udah jadi sebuah budaya. Dan taman yang rusak itu karena keinjek-injek kan?. Kesadaran masyarakat untuk pelestarian alam masih kurang banget. Tapi memang di Indonesia, mayoritas di beberapa daerah penempatan tempat sampah masih kurang banget. Kadang gw aja harus bawa bawa sampah bekas minuman sampe ketemu tong sampah. Nah, ga semua orang betah nenteng-nenteng sampah. Cara paling gampang ya dibuang aja ditempat dia berdiri saat itu. Nginjek taman juga sering di anggap spele oleh beberapa orang. Padahal biasanya udah ada tulisan "rumput tidak boleh di injak" eh masih aja di injek. Sad but true eh?. Kembali ke kesadaran masing-masing individu sebenernya.

Tapi penyelenggara juga berperan di kasus ini. Mereka kurang memahami kalau publik sasarannya adalah masyarakat yang mayoritas suka buang sampah sembarangan. Seharusnya di beberapa meter tertentu di sekitar venue acara disediakan tempat sampah. Pihak penyelenggara ga bisa ngandelin kalau masyarakat yang menerima es krim punya kesadaran akan buang sampah pada tempatnya. Apalagi ngandelin pasti ada petugas bersih-bersih. Dan tempat yang dipilih sebaiknya jangan dideket taman. Karena pasti masyarakat akan menikmati es krim di rumput taman. Ya memang, waktu acara pas car free day yang kebetulan ada di sekitar taman. Penempatan acara dan publik sasaran sebaiknya lebih di perhatikan lagi aja sih. 

Tapi salut sama Coorporate Relation-nya Unilever. Mereka langsung meminta maaf. Responnya cepet ya.

Ya, ini cuma opini awam dari gue aja. Gw mahasiswi PR tapi belum lulus. Jadi ya, masih banyak banget yang harus dikoreksi kayanya. 

May 8, 2014

Takdir memang kejam?

Takdir. Apakah kalian percaya dengan kata takdir? Gue engga. Gue tipe orang yang lebih percaya dengan kalimat “Hidup adalah pilihan”. Ya, menurut gue apa yang sekarang gue lakuin, jalanin, rasain semua adalah sesuatu yang udah gue pilih.

Gue masih berstatus single (yes, using ‘single’ instead of jomblo. Haha) itu karena gue yang memilih untuk ga mencoba ngasih kesempatan ke para pria itu, atau gue yang memilih untuk bertahan ngarep seseorang yang sebenernya ga bisa gue harepin. Yahhh ujung-ujungnya curhat ya. Gue belum ada kemajuan yang berarti di karir juga karena pilihan gue yang tetep bertahan di zona aman. 

Pertanyaannya adalah, apakah pilihan yang sudah gue pilih ini bener atau engga? Gue rasa sih salah ya. Soalnya masih ada pemikiran "seandainya gue bisa ngasih kesempatan ke para pria itu, pasti gue ga bertahan single kaya begini" atau "seandainya gue berani mencoba hal baru, pasti gue ga bertahan di posisi seperti ini". Nah, tapi kenapa gue masih belum pindah haluan juga?

Terkadang gue nulis bukan untuk menunjukan sikap wise atau gimana. Tulisan gue sendiri adalah media instropeksi untuk gue. Karena gue merasa ga ada yang lebih mengerti gue daripada diri gue sendiri (Ya iyalah). 

Nah, takdir memang kejam? itu adalah pernyataan / pertanyaan yang salah. Bukan takdir yang kejam. Cuma lo yang membuat suatu pilihan dan tidak menikmati pilihan itu.